Stay Alive

Nabila Sintia, usianya baru 3,5 tahun ketika suatu malam, badannya mulai panas dingin. Tubuh mungilnya yang biasa lincah bergerak, mulai melemah perlahan-lahan sampai ia mulai terbaring tak sadarkan diri. Orang tuanya segera membawanya ke sebuah RS di Pekalongan.
Berminggu-minggu Nabila terbaring dalam diam, hingga suatu hari ia mulai bisa bangun. Meski sudah melakukan cuci darah berkali-kali, pihak rumah sakit masih belum bisa memastikan apa penyakit yang diderita oleh Nabila.

Kemudian orang tuanya memindahkan Nabila ke RS Kariadi Semarang. Di RS tersebutlah diketahui bahwa Nabila selama ini menderita Leukemia.

Keluarga pun terpukul dengan kabar tersebut. Sejak saat itu segala permintaan Nabila diusahakan untuk dikabulkan oleh keluarganya. Dokter pun menganjurkan demikian agar Nabila termotivasi untuk lebih kuat dalam menjalani hidupnya.

Nabila dirawat di ruang Thalasemia, bersama dengan 4 penderita kanker darah anak-anak. Ia yang pada dasarnya adalah anak yang periang dan mudah berteman, cepat menjadi akrab dengan teman-temannya itu. Apalagi mereka bersama selama berbulan-bulan dalam perawatan di RS Kariadi itu.

Nabila senang jika dibawakan majalah-majalah anak-anak untuk dibacakan cerita-ceritanya. Kegemarannya adalah cerita tentang “Nirmala” di majalah Bobo. Atau ia sangat senang didongengkan sebelum terlelap tidur. Saat Nabila tertidur, air mata orang tua dan keluarganya terkadang mengucur di pipi mereka, takut ‘kehilangan’nya.

Orang tuanya pernah stress dengan keadaan demikian. Memiliki anak balita yang menderita penyakit ‘mematikan’ dan harus terus dijaga, sedangkan mereka harus bekerja untuk dapat membiayai pengobatan anaknya. Tapi keluarganya harus menunjukkan ‘kekuatan’nya di hadapan Nabila. Anak sekecil itu saja masih tetap terlihat tegar dan ceria dalam ‘luka’nya.

Satu per satu anak di ruangan RS tersebut berkurang. Bukan karena anak tersebut sudah sembuh dan kembali pulang ke rumah tapi satu anak yang paling dekat dengan Nabila telah dipanggil lebih dulu oleh Sang Maha Pencipta. Meski begitu Nabila tetap ceria bermain dengan teman-teman sekamarnya yang lain. Setelah dia merasa nyaman dengan teman-temannya, kini temannya yang lain berkurang satu lagi. Dia tak kan bisa bertemu untuk selamanya. Hingga tinggal satu temannya yang masih setia bersamanya.

“Kenapa teman-temanku pergi meninggalkanku?”

“Karena Tuhan sangat mencintai mereka…Tuhan mengijinkan mereka di dunia dunia ini untuk menjadi sahabatmu dan selalu begitu. Tapi mereka juga dihindarkan dari ketidak baikan yang ada di dunia ini, dari kebohongan, kemarahan, dan teriakan dan juga agar kalian tetap terjaga dari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti melihat melihat burung di tembak oleh pemburu, melihat jalanan yang semakin hari sudah tidak nampak indah lagi.”

Walau berat apa yang dirasakan oleh Nabila, dia sanggup bertahan untuk tetap bersemangat hidup. Nabila adalah anak yang tidak mau disebut SAKIT.

Dua tahun berselang…

Kabar yang mampir di telinga, keempat temannya sesama penderita kanker darah itu, semua sudah kembali di sisi-Nya.

Menurut dokter, Nabila-lah pasien yang paling punya semangat untuk hidup.

Kini Nabila duduk di bangku TK. Sambil sesekali menyanyikan lagu anak-anak, walau sering izin tidak masuk sekolah, tapi itulah hidup yang harus ia jalani….

_________________

*Untuk seorang sahabat di sana…, “Stay alive…”

Kita mungkin memiliki 100 masalah, tapi percayalah bahwa Tuhan memiliki 101 jalan untuk menyelesaikannya.

I might never know how hard it is.. but let me hear you say, “I will….” stay alive…




sumber: Kompasiana.com/fiksiana